Para ibu dengan HIV/AIDS boleh berlega hati. Sebab, mereka sudah boleh memberikan ASI kepada bayinya. Dulu, ibu dengan HIV/AIDS tidak boleh memberikan ASI ke bayi. Alasannya, virus HIV bisa menyusup lewat ASI kemudian menulari si bayi. Kemungkinannya cukup besar, sekitar 35 %.
“Tapi kini ibu dengan HIV/AIDS boleh memberikan ASI ke bayinya. Para ibu tak perlu takut bayinya tertular HIV/AIDS lagi,” ujar ahli kandungan Dr. Sarsanto W. Sarwono Sp.OG dalam acara Stop AIDS, Act Now! di Jakarta (04/07/2010).
Bulan November 2009 lalu, badan kesehatan dunia WHO pun merekomendasikan bahwa ibu pengidap HIV/AIDS bisa memberikan ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan jika perbandingan antara risiko si bayi terkena HIV dan meninggal karena tidak diberi ASI ternyata sama besar. Sebab, bayi akan rentan terkena berbagai penyakit infeksi yang membahayakan nyawa jika tidak diberi ASI.
“Yang perlu diingat, pemberian ASI bisa dilakukan asal si ibu sudah mendapat terapi antiretroviral (ARV) selama kehamilan. Kalau perlu, si bayi juga mesti mendapat terapi ARV begitu dilahirkan untuk memperkecil kemungkinan tertular virus dari ASI,” ujar ahli anak dan ASI Dr. Utami Roesli Sp.A.
Bayi pun tidak boleh mendapat makanan tambahan selama masa menyusui. Sebab makanan tambahan bisa membuat usus bayi terluka.
“Kalau sampai usus terluka, maka risiko bayi tertular HIV sangat besar. Jika si ibu mau memberi makanan tambahan, maka pemberian ASI harus dihentikan,” jelas Sarsono.
Ini tentunya kabar gembira bagi para ibu yang rindu ingin menyusui sang buah hati. Meski demikian, sebelum menyusui ada baiknya berkonsultasi dulu dengan ahli medis. (mic)
“Tapi kini ibu dengan HIV/AIDS boleh memberikan ASI ke bayinya. Para ibu tak perlu takut bayinya tertular HIV/AIDS lagi,” ujar ahli kandungan Dr. Sarsanto W. Sarwono Sp.OG dalam acara Stop AIDS, Act Now! di Jakarta (04/07/2010).
Bulan November 2009 lalu, badan kesehatan dunia WHO pun merekomendasikan bahwa ibu pengidap HIV/AIDS bisa memberikan ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan jika perbandingan antara risiko si bayi terkena HIV dan meninggal karena tidak diberi ASI ternyata sama besar. Sebab, bayi akan rentan terkena berbagai penyakit infeksi yang membahayakan nyawa jika tidak diberi ASI.
“Yang perlu diingat, pemberian ASI bisa dilakukan asal si ibu sudah mendapat terapi antiretroviral (ARV) selama kehamilan. Kalau perlu, si bayi juga mesti mendapat terapi ARV begitu dilahirkan untuk memperkecil kemungkinan tertular virus dari ASI,” ujar ahli anak dan ASI Dr. Utami Roesli Sp.A.
Bayi pun tidak boleh mendapat makanan tambahan selama masa menyusui. Sebab makanan tambahan bisa membuat usus bayi terluka.
“Kalau sampai usus terluka, maka risiko bayi tertular HIV sangat besar. Jika si ibu mau memberi makanan tambahan, maka pemberian ASI harus dihentikan,” jelas Sarsono.
Ini tentunya kabar gembira bagi para ibu yang rindu ingin menyusui sang buah hati. Meski demikian, sebelum menyusui ada baiknya berkonsultasi dulu dengan ahli medis. (mic)
0 komentar:
Posting Komentar