BThemes

Sabtu, 19 Maret 2011

MEMPERSIAPKAN KETURUNAN SEHAT SEBELUM MENIKAH



SAAT mempersiapkan pernikahan, sebaiknya jangan lewatkan tes kesehatan pra nikah. Selain memperdalam keyakinan Anda terhadap pasangan, tes kesehatan pra nikah juga memungkinkan Anda mendapatkan keturunan yang sehat.

Pemeriksaan pra nikah merupakan salah satu tahap dalam persiapan yang tidak boleh dilewati. Banyak konflik dalam pernikahan yang mungkin berujung pada perceraian diakibatkan oleh masalah kesehatan, kesuburan dan keturunan.

Tapi dengan saling mengenal kondisi kesehatan Anda dan pasangan, masalah itu telah Anda antisipasi dan cegah sejak awal.

"Setiap pasangan yang akan menikah butuh keterbukaan tentang kesehatan," jelas dr Frizar Irmansyah, SpOG, dokter spesialis ginekologi dari RS Pusat Pertamina, dalam acara Seminar Kesehatan 100% Siap Nikah di Prodia Tower, Jakarta.

Tes kesehatan sebelum pernikahan bisa mendeteksi kemungkinan berbagai penyakit menular, menahun, genetik yang diturunkan seperti:

1. Diabetes Mellitus
2. Kelainan jantung bawaan
3. Hipertensi
4. Hepatitis B
5. HIV/AIDS
6. TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus tipe 2).
7. Penyakit menular seksual (PMS) seperti sifilis, herpes, gonorrhea (kencing nanah).
8. Ketidakcocokkan golongan darah ABO dan rhesus

"Penyakit-penyakit tersebut tentunya sangat mempengaruhi kesehatan pasangan dan keturunannya kelak. Jadi pemeriksaan pra nikah ini penting untuk bisa mendapatkan keturunan yang sehat," jelas dr Frizar lebih lanjut.

Berikut akibat-akibat penyakit yang bisa menurun:

1. Penyakit seperti diabetes melitus, kelainan jantung dan hipertensi, kelainan darah cenderung diturunkan. Calon ibu yang mempunyai kadar gula tinggi, bila tidak dikontrol dapat berisiko cacat pada janinnya atau mengalami komplikasi kehamilan seperti janin besar, gangguan pertumbuhan pada janin, proses kelahiran yang sulit atau janin meninggal di dalam kandungan.

Tapi bila kondisi ini diketahui sejak awal, dapat dilakukan perubahan gaya hidup dan bila perlu dilakukan pengobatan agar kadar gula darah terkendali dan komplikasi dapat dicegah atau dihindari.

2. Penyakit infeksi seperti hepatitis B juga bisa ditularkan ibu kepada janinnya atau dari sang suami kepada istrinya. Sebagian besar PMS termasuk sifilis, herpes, gonorrhea juga bisa mengakibatkan terjadinya kecacatan pada janin.

3. Ketidakcocokkan rhesus juga sangat mempengaruhi janin, seperti janin mengalami anemia, jaundice (kuning) dan komplikasi lainnya. Ketidakcocokkan rhesus ini sering terjadi pada pasangan berbeda ras.

"Dengan tes kesehatan, pasangan bisa mengetahui penyakit-penyakit tersebut lebih awal, sehingga nantinya bisaa dilakukan usaha pengobatan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," jelas dr Frizar.

Kapan melakukan tes kesehatan pra nikah?

6 bulan sebelum pernikahan dilangsungkan adalah waktu ideal untuk melakukan pemeriksaan, dengan pertimbangan masih cukup waktu untuk menangani masalah kesehatan yang mungkin ditemukan. Namun, jika tidak memungkinkan, kapan pun sebelum pernikahan dilangsungkan, Anda bisa melakukan pemeriksaan.(dfr)


Pengetahuan Mendalam Cegah Perceraian



 
Banyak pasangan tentu mendambakan kelanggengan hubungan mereka. Namun sering yang terjadi tidak seperti yang diharapkan.

Menyimak buku kenangan remaja-remaja SMP (mungkin juga SLTA) yang lulus sekolah, yang berisi biodata, cita-cita, dan kata-kata kenangan, dapat membuat kita tersenyum.

Pasalnya, di antara cita-cita yang tertulis mungkin saja berisi keinginan menjadi pasangan artis ternama (biasanya ditulis remaja perempuan).

Lepas dari kelucuan yang disengaja, bagi banyak orang, menemukan pasangan yang didambakan dan hidup dalam perkawinan merupakan sesuatu yang sangat berarti. Melalui perkawinan, hampir setiap orang berharap akan memperoleh kebahagiaan.

Namun, antara cita-cita dan kenyataan bisa berbeda. Perkawinan yang menjadi dambaan, setelah berlangsung sekian waktu, ternyata justru menjadi neraka.

Kita dapat menemukan banyak pasangan benar-benar bahagia dalam perkawinan yang panjang (abadi), tapi tak jarang menemukan perkawinan bubar di tengah jalan.

Perceraian, meskipun frekuensinya cukup tinggi, khususnya di kalangan selebriti, bagaimanapun merupakan pengalaman yang sangat menyedihkan bagi yang mengalaminya. Baron & Byrne (1994) dalam bukunya, Social Psychology, memaparkan temuan para peneliti mengenai akibat perceraian.

Fischman menemukan adanya penderitaan emosional yang dialami baik laki-laki maupun perempuan yang perkawinannya gagal. Mereka mengalami kesepian, depresi, dan perasaan marah yang relatif menetap.

Beberapa peneliti lain menemukan akibat yang lebih menyedihkan pada anak-anak dari pasangan yang gagal perkawinannya: mereka merespon dengan perasaan yang sangat negatif, memiliki self-esteem rendah (merasa tidak berharga), cemas, merasa tak berdaya, dan mengalami masalah dalam relasi sosial serta akademik.

Di sisi lain, dalam survei-survei mengenai kebahagiaan dalam beberapa dekade, hasilnya secara konsisten menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan menikah lebih bahagia daripada yang tidak pernah menikah ataupun bercerai.

Gambaran semacam ini dapat menjadi cermin, betapa kita memerlukan informasi bagaimana mengelola hubungan dalam perkawinan agar sebuah perkawinan yang telah dirajut dapat berlangsung abadi.

oleh Dra. M.M. Nilam Widyarini, M.Si, dosen psikologi di Universitas Guna Dharma, Jakarta


Kenalkan Bahaya Alkohol pada Anak



Mempunyai anak yang menginjak usia remaja memang gampang-gampang susah. Apalagi jika buah hati mulai lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Sebagai orangtua, tentu Anda bertanya-tanya dalam hati, apa saja yang dia lakukan? Apakah sudah mulai mengonsumsi minuman beralkohol?

Kegelisahan seperti yang Anda rasakan ini, dirasakan hampir semua orangtua. Tentu, Anda sulit membatasi kebebasan Anak yang mulai menginjak dewasa, bisa jadi bila terjadi salah komunikasi, dia malah melawan.


Sekarang, yang perlu Anda tahu adalah cara memberitahu bahaya alkohol, terutama pada anak remaja. Pemahaman yang lengkap mengenai minuman memabukkan ini akan lebih efektif membuat dia menjauhinya, dikutip dari Methods Of Healing.

Bagaimana anak menilai alkohol
Beranjak dewasa di zaman yang makin modern ini membuat banyak anak menganggap alkohol sebagai bagian dari gaya hidup. Mereka bisa mendapatkan pemikiran ini dari lingkungan, seperti teman, televisi, mungkin juga orangtua.

Anak-anak biasanya tidak menyadari bahwa usia mereka masih terlalu muda untuk bersentuhan dengan alkohol. Mereka juga tidak menyadari risikonya terhadap kesehatan.

Sebaliknya, mereka hanya ingin dilihat sebagai seorang yang telah dewasa dan bergaya hidup masa kini. Itulah sebabnya, jika ingin dianggap tak ketinggalan zaman, mereka akan mencobanya - bahkan meski mereka sebenarnya membenci rasa pahit alkohol.

Apa yang dapat orangtua lakukan?
Bicaralah dengan anak tentang bahaya alkohol. Dengan penyampaian pengetahuan yang baik tentang alkohol, dia akan menjauhinya.

Anda harus menjelaskan kepadanya bahwa minuman alkohol menyimpan risiko yang bisa membahayakan kesehatan. Selain itu, Anda harus menyadari bahwa mengajari anak tentang benar dan salah, baik dan buruk, merupakan tanggung jawab Anda sepenuhnya. Ini bukan tanggung jawab masyarakat, sekolah, atau orangtua lainnya. Karena itu, cara terbaik mengajarkan anak adalah Anda tidak mengonsumsi alkohol.

Pastikan juga, Anda mengetahui dengan siapa saja anak Anda bergaul dan aktivitas apa saja yang mereka lakukan.

Kapan mulai mendidik Anak?
Sebaiknya sejak dini. Layaknya bahaya merokok, Anda bisa mulai memberitahu bahaya alkohol sejak anak usia 10 tahun. Jangan membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa anak tidak mungkin tertarik dengan minuman beralkohol di usia muda
(pet)


Jumat, 18 Maret 2011

Mau Bayi Laki atau Perempuan? Begini Caranya...


 
Memiliki anak adalah impian setiap pasangan. Namun, memilih jenis kelamin si jabang bagi kebanyakan dari kita pasti merupakan hal tidak mudah.

Walau demikian, baru-baru ini ada penelitian yang menunjukkan bahwa cara alami bisa memprediksi jenis kelamin anak Anda. Dokter dari Rumah Sakit Omni Medical Center, dr Caroline Tirtajasa, SpOG, dari Rumah Sakit Omni Medical Center menjelaskan bahwa "bermain" dengan masa subur bisa Anda jadikan cara alami untuk memilih jenis kelamin anak. Begini caranya:

1. Sebelum dan sesudah masa ovulasi
Jika hubungan seks dilakukan sebelum atau sesudah masa subur, maka sperma x sebagai pembawa sel kelamin perempuan akan mengitari indung telur. Dalam keadaan itu, sel sperma x punya kemungkinan besar membuahi sel telur. Ini memperbesar kemungkinan lahirnya bayi berjenis kelamin perempuan.

2. Saat masa ovulasi
Jika Anda menginginkan bayi laki-laki, lakukan hubungan intim dengan pasangan di saat puncak ovulasi. Hal ini karena sel sperma Y yang lebih berpeluang untuk membuahi sel telur Anda yang sudah matang.

3. Inseminasi
Di luar cara itu, dokter ahli mengatakan ada cara lain, yaitu lewat jalan inseminasi dengan pemilihan sel sperma. (tam)


Pendidikan Seks Cegah Seks Pranikah


 
Salah satu pemicu munculnya seks pranikah adalah kurangnya informasi perihal seks pada anak.

Karenanya, kelancaran komunikasi antara orangtua dan anak mengenai seks berperan penting mencegah terjadinya seks pranikah.

Survei yang dilakukan Komnas Perlindungan Anak di tahun 2007 terhadap 10.833 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun mencatat bahwa 72 persen diantara mereka sudah berpacaran. Dan 10,2 persen sudah pernah melakukan hubungan seksual.

Hasil yang tak jauh beda terdapat pada survei yang dilakukan pada remaja putri. Dari 9344 remaja putri, diketahui jika 77 persen dari mereka sudah berpacaran. Dan 6,3 persen sudah pernah berhubungan seks.

“Hasil tersebut sangat mencengangkan. Dari situ diketahui jika komunikasi orangtua dan anak sangat memengaruhi perilaku seks pranikah,” ujar ahli kesehatan anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR. Dr. H. Tb. Rachmat Sentika Sp.A. MARS dalam seminar mengenai MDGs di Jakarta.

Menurut Rachmat, informasi yang datang dari lingkungan pergaulan remaja saat ini harus diimbangi dengan informasi yang benar dari orangtua. Sebab informasi tentang seks yang diperoleh dari lingkungan biasanya tidak lengkap hingga bersifat menjerumuskan.

Rachmat menyarankan agar orangtua mendekati anak lewat lingkungan pergaulannya. Lalu masukkan pengetahuan yang benar mengenai seks, jika momennya tepat.

“Ini bukan artinya mengajari anak seks. Tapi mendidik anak soal seks (pendidikan seks). Bahwa hubungan seks itu bukan main-main dan untuk senang-senang. Tapi harus dilakukan dengan resmi dan bertanggungjawab,” tegas Rachmat. (mic)


VIDEO

ENTER-TAB1-CONTENT-HERE

RECENT POSTS

ENTER-TAB2-CONTENT-HERE

POPULAR POSTS

ENTER-TAB3-CONTENT-HERE
 

PIK-REMAJA TUNAS BANGSA Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha