Jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah ODHA di negara berkembang. Jumlah ODHA hingga terakhir hingga Juni 2010 terlapor 21.772 orang. Angka ini mengalami peningkatan sebanyak 1.206 kasus dibanding tiga bulan sebelumnya.
Peningkatan ini menurut Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Makmur Sunusi karena masih rendahnya akses pendidikan masyarakat dunia berkembang termasuk Indonesia.
''Tingginya kasus HIV/AIDS juga berada di kelompok masyarakat miskin yang sangat rendah aksesbilitasnya ke pendidikan. Yang secara rata-rata hanya lulusan sekolah dasar. Mereka mudah dieksploitasi,'' tutur dia kepada wartawan di Jakarta, Rabu (1/12).
Dikatakan Makmur, provinsi-provinsi yang menunjukkan peningkatan di antaranya Jawa Barat dan Jawa Timur. Tapi, kata Makmur yang sudah mulai terlihat peningkatan terjadi juga di Papua.''Masyarakat Papua banyak tertular pelayar yang singgah di Papua. Karena kesadaran mereka terhadap HIV/AIDS masih rendah,'' jelasnya.
Makmur memaparkan bahwa orang sering beranggapan bahwa kasus AIDS adalah masalah negara berkembang. Saat ini data menyatakan bahwa 77 persen ODHA berada di negara berkembang. Dan hanya sisanya 23 persen berada di negara maju.''Data ini berbicara bahwa orang di negara maju sudah sangat sadar akan HIV/AIDS dan bagaimana penularannya. Kesadaran mereka sangat tinggi,'' tutur dia.
Karena itu edukasi kepada masyarakat tentang HIV/AIDS harus menjadi leading sector untuk menghadapi meningkatnya kasus tersebut di Indonesia.
Di sisi lain, perlu ada upaya perlindungan sosial terhadap ODHA terhadap perilaku diskriminasi melalui pendekatan komunitas. Karena, menurut Makmur, tidak selamanya ODHA adalah orang yang berperilaku berisiko terkena AIDS.''Tapi banyak juga dari mereka adalah korban,'' tutur dia. Seperti dicontohkan kasus bahwa seorang istri tertular AIDS dari suaminya atau juga karena transfusi darah.
Upaya melalui pendekatan komunitas ini sudah mulai dilakukan oleh Kementerian Sosial dengan meakukan pelatihan kepada 30 orang pendamping ODHA di Sukabumi.''Kita sudah mulai program pendampingan dan baru sedikit karena masih terbatas dana,'' jelas dia.
''Tingginya kasus HIV/AIDS juga berada di kelompok masyarakat miskin yang sangat rendah aksesbilitasnya ke pendidikan. Yang secara rata-rata hanya lulusan sekolah dasar. Mereka mudah dieksploitasi,'' tutur dia kepada wartawan di Jakarta, Rabu (1/12).
Dikatakan Makmur, provinsi-provinsi yang menunjukkan peningkatan di antaranya Jawa Barat dan Jawa Timur. Tapi, kata Makmur yang sudah mulai terlihat peningkatan terjadi juga di Papua.''Masyarakat Papua banyak tertular pelayar yang singgah di Papua. Karena kesadaran mereka terhadap HIV/AIDS masih rendah,'' jelasnya.
Makmur memaparkan bahwa orang sering beranggapan bahwa kasus AIDS adalah masalah negara berkembang. Saat ini data menyatakan bahwa 77 persen ODHA berada di negara berkembang. Dan hanya sisanya 23 persen berada di negara maju.''Data ini berbicara bahwa orang di negara maju sudah sangat sadar akan HIV/AIDS dan bagaimana penularannya. Kesadaran mereka sangat tinggi,'' tutur dia.
Karena itu edukasi kepada masyarakat tentang HIV/AIDS harus menjadi leading sector untuk menghadapi meningkatnya kasus tersebut di Indonesia.
Di sisi lain, perlu ada upaya perlindungan sosial terhadap ODHA terhadap perilaku diskriminasi melalui pendekatan komunitas. Karena, menurut Makmur, tidak selamanya ODHA adalah orang yang berperilaku berisiko terkena AIDS.''Tapi banyak juga dari mereka adalah korban,'' tutur dia. Seperti dicontohkan kasus bahwa seorang istri tertular AIDS dari suaminya atau juga karena transfusi darah.
Upaya melalui pendekatan komunitas ini sudah mulai dilakukan oleh Kementerian Sosial dengan meakukan pelatihan kepada 30 orang pendamping ODHA di Sukabumi.''Kita sudah mulai program pendampingan dan baru sedikit karena masih terbatas dana,'' jelas dia.
0 komentar:
Posting Komentar